The Witcher 3: Wild Hunt Game Lawas Para Sultan, Masih Ngeri di 2025!
Lo boleh ketawa, tapi faktanya The Witcher 3: Wild Hunt yang rilis tahun 2015 ini masih bikin banyak game modern minder di 2025. Umurnya udah kepala satu, tapi kualitasnya? Masih sultan level dewa. Bahkan buat gamer baru, game ini tetap kerasa “wah” dan brutal secara kualitas.
Gue bakal jujur: ini bukan sekadar game lawas yang bertahan hidup karena nostalgia. The Witcher 3 itu monster.
Grafik 2015 Rasa 2025, Masih Ngeri Banget
Kalau lo main The Witcher 3 di PC atau konsol next-gen sekarang, rasanya kayak main game baru Konohatoto78.
- Detail lingkungan masih gila
- Efek cuaca bikin melongo
- Desain kota dan hutan super hidup
- Monster kelihatan serem, bukan kartun
Apalagi setelah Next-Gen Update, grafiknya makin sadis:
- Ray tracing
- Texture lebih tajam
- Lighting makin realistis
Game baru yang rilis 2024–2025 aja masih banyak yang nggak bisa ngalahin atmosfer Witcher 3.

Geralt of Rivia: Protagonis Paling Dingin yang Pernah Ada
Geralt bukan hero sok suci. Dia:
- Nyindir
- Galak
- Dinginnya kebangetan
- Tapi punya moral abu-abu yang dalem
Setiap pilihan yang lo ambil beneran ngaruh, bukan sekadar ilusi pilihan. Salah ngomong dikit? Bisa bikin:
- Karakter mati
- Ending berubah
- Negara hancur
- Hubungan berantakan
Dan yang bikin ngeri: nggak ada pilihan yang 100% bener.
Quest Sampingan yang Lebih Seru dari Game Utama
Ini bagian yang bikin Witcher 3 jadi game sultan sejati.
Quest sampingan di sini:
- Nggak receh
- Punya cerita kuat
- Banyak twist
- Kadang lebih nyesek dari main quest
Ada quest soal:
- Ayah kehilangan anak
- Monster yang ternyata korban
- Cinta tragis
- Politik busuk
Lo bisa niat cuma mau ambil side quest 10 menit, tau-tau 3 jam ilang.
Combat Nggak Sekadar Tebas-Tebas
Banyak yang bilang combat Witcher 3 “biasa aja”. Tapi jujur? Itu karena mereka nggak main beneran.
Di sini lo harus:
- Persiapan potion
- Pilih oil pedang sesuai monster
- Pakai sign yang tepat
- Baca bestiary
Kalau asal bacok? Siap-siap dibantai monster.
Ini bukan game button mashing, tapi berasa jadi pemburu monster beneran.
Dunia Terbuka yang Hidup dan Kejam
Map Witcher 3 itu luas, tapi yang bikin beda:
- Dunianya berasa hidup
- Penduduk punya masalah sendiri
- Perang terasa dampaknya
- Monster nggak muncul asal-asalan
Kadang lo nemu desa kosong, ternyata…
- Dibantai monster
- Atau korban perang
Nggak ada rasa “kosong” kayak open-world generik.
Kenapa Dibilang Game Lawas Para Sultan?
Karena:
- Isinya gila
- Value-nya keterlaluan
- DLC-nya malah kayak game baru
Hearts of Stone dan Blood and Wine itu bukan DLC kaleng-kaleng. Blood and Wine bahkan bisa berdiri sebagai game sendiri.
Harga sekarang?
- Diskon sering
- Murah
- Tapi isinya mahal banget
Ini definisi modal kecil, kepuasan sultan.
Masih Layak Dimainin di 2025?
Jawabannya: MASIH NGAKAK LAYAK.
Mau lo:
- Gamer baru
- Gamer lama
- Pencinta RPG
- Atau cuma cari game berkualitas
The Witcher 3 masih jadi standar emas RPG barat.
Bahkan di 2025, masih banyak developer yang belum bisa nyamain kualitas ceritanya.
Kesimpulan: Raja Tua yang Masih Bertakhta
The Witcher 3 itu bukti kalau:
Game bagus nggak basi dimakan waktu.
Walaupun umurnya udah 10 tahun lebih, isinya masih:
- Lebih niat
- Lebih matang
- Lebih berani
Kalau lo belum pernah main, itu dosa gaming.
Kalau udah tamat, main lagi juga masih nagih.
Game lawas? Iya.
Game ngeri? Banget.
Game sultan? Fix.



Post Comment