Roblox adalah platform game yang gak asing lagi buat generasi sekarang. Dengan jutaan game di dalamnya, pemain dari segala usia bisa bebas memilih petualangan digital yang mereka suka. Tapi, gak semua game di platform ini punya reputasi positif. Salah satunya adalah Grow a Garden, game simulasi yang sempat viral tapi juga menuai kritik pedas. Grow a Garden bukan cuma ramai dimainkan, tapi juga ramai dibahas karena disebut-sebut sebagai Game Roblox jahat.

Julukan ini muncul setelah seorang mantan eksekutif dari Square Enix menyampaikan kritik tajam terhadap desain monetisasi di dalam game tersebut. Menurutnya, apa yang awalnya terlihat imut dan damai justru menyimpan sistem yang terlalu agresif dalam mendorong pemain untuk membayar.
Di tengah reputasi Roblox yang makin besar, muncul juga beragam inovasi untuk menjaga ekosistemnya. Beberapa pembaruan sistem keamanan dan interaksi telah diterapkan, termasuk pengembangan fitur pintar yang memungkinkan koneksi antar pemain tetap aman tanpa harus mengorbankan pengalaman bermain. Salah satu pembaruan penting bahkan menyoroti bagaimana interaksi sosial bisa dikontrol tanpa mengganggu gameplay, seperti yang terlihat pada pengaturan privasi terbaru yang telah diujicobakan.
Dari Game Santai Jadi Mesin Uang?
Saat pertama kali muncul, Grow a Garden terlihat seperti game simulasi berkebun biasa. Pemain bisa menanam bunga, memanen tanaman, dan memperluas kebun mereka sedikit demi sedikit. Dengan tampilan warna pastel dan karakter lucu, game ini terlihat cocok dimainkan semua usia, termasuk anak-anak.
Tapi setelah beberapa minggu, banyak pemain mulai menyadari bahwa kemajuan di dalam game terasa sangat lambat jika tidak membayar. Sistem energi dibatasi, item berkualitas tinggi hanya bisa diakses lewat Robux, dan berbagai fitur penting dikunci di balik pembelian dalam game.
Desain seperti ini membuat banyak orang mempertanyakan motif sebenarnya di balik gameplay yang seolah-olah santai. Jika tidak mengeluarkan uang, pemain akan merasa stuck atau tertinggal jauh dibanding mereka yang membayar. Pola ini dikenal sebagai bentuk monetisasi agresif, di mana game secara halus memaksa pemain untuk mengeluarkan uang demi bisa menikmati permainan dengan lancar.
Kritik dari Dunia Industri
Komentar tajam terhadap Grow a Garden datang dari salah satu mantan petinggi Square Enix, yang menilai bahwa sistem monetisasi game ini sudah melampaui batas wajar. Ia menyebut bahwa Grow a Garden bukan hanya pay-to-win, tapi juga menyimpan potensi eksploitasi terhadap pemain muda. Dengan desain yang disengaja memperlambat progres bagi pemain non-pembayar, game ini dianggap menggunakan pendekatan manipulatif demi keuntungan.
Label Game Roblox jahat pun mulai muncul di berbagai forum diskusi, terutama setelah komunitas mulai sadar akan pola-pola monetisasi semacam ini. Banyak yang menganggap Grow a Garden sebagai contoh nyata bagaimana desain game bisa jadi alat tekanan psikologis untuk mendorong konsumsi, alih-alih menyuguhkan hiburan yang seimbang.
Di sisi lain, komunitas Roblox sendiri tengah mengalami fase perubahan. Beberapa proyek besar yang sempat jadi sorotan, seperti The Hatch, telah menyelesaikan siklusnya dan tidak lagi dilanjutkan. Hal ini memberi ruang bagi lahirnya game-game baru, tapi juga meninggalkan pertanyaan soal arah ekosistem game Roblox ke depan, khususnya dalam hal etika desain dan monetisasi.
Antara Hiburan dan Eksploitasi
Grow a Garden tetap punya daya tarik visual dan tema yang menenangkan. Tapi buat sebagian pemain, terutama mereka yang sensitif terhadap sistem “bayar agar cepat maju”, game ini mulai terasa tidak ramah. Ketidakseimbangan antara pemain gratis dan pemain berbayar terlalu besar, hingga menciptakan pengalaman bermain yang tidak merata.
Perdebatan soal batas wajar monetisasi dalam game anak bukan hal baru. Namun ketika hal itu terjadi dalam platform sebesar Roblox, dengan basis pemain muda yang sangat besar, dampaknya jadi semakin penting untuk diperhatikan. Game seperti Grow a Garden memicu diskusi lebih dalam tentang bagaimana seharusnya desain game memperlakukan penggunanya. Apakah semata-mata sebagai konsumen, atau sebagai pemain yang ingin menikmati pengalaman bermain tanpa tekanan finansial.
Isu seperti ini menunjukkan bahwa perkembangan dunia game tidak selalu berjalan di jalur yang sama dengan pertumbuhan komunitasnya. Untuk melihat konteks lebih luas soal tren digital, budaya internet, dan pergerakan industri kreatif, banyak sumber yang bisa dipakai untuk menggali informasi lebih dalam. Beberapa platform lokal juga sudah banyak mengulas hal ini secara konsisten, salah satunya Main Sony. Memuat berbagai analisis seputar fenomena online dari sudut pandang berbeda.
Grow a Garden pada akhirnya adalah contoh menarik tentang bagaimana desain game bisa menimbulkan dampak yang jauh dari kesan awalnya. Meski terlihat menyenangkan, jika tidak diimbangi dengan etika desain yang jelas, sebuah game bisa berubah arah dari hiburan jadi tekanan. Itulah mengapa munculnya istilah Game Roblox jahat bukan cuma sindiran, tapi refleksi atas kekhawatiran yang makin nyata.
Leave a Reply