Internet memang gak pernah gagal mengubah momen absurd jadi hiburan digital. Yang terbaru: video viral dari panggung Coldplay eh menjadi permainan berjudul Coldplay Canoodlers, dan isinya… nyari pasangan yang selingkuh. Serius.

Permainan ini hadir cuma beberapa jam setelah cuplikan kiss cam dari konser Coldplay di Boston menyebar luas. Di video tersebut, sepasang kekasih tampak berciuman mesra di tengah penonton. Tapi bukan sekadar pamer sayang netizen langsung sadar bahwa pria dalam video itu adalah Andy Byron, CEO perusahaan data Astronomer, yang diketahui sudah menikah. Sosok perempuan di sampingnya juga disebut-sebut sebagai Chief HR di kantor yang sama.
Dari situlah drama publik dimulai. Belum selesai obrolan di TikTok dan Twitter/X, tiba-tiba ada yang bikin gamenya.
Game Pixel Art yang Sindir Realita
Coldplay Canoodlers dikembangkan dalam waktu kurang dari 24 jam oleh musisi dan kreator digital Jonathan Mann. Dengan gaya visual Where’s Waldo, game ini menyuruh pemain buat mencari si couple viral di tengah kerumunan penonton konser.
Tampilan gamenya sederhana blocky crowd, animasi bergerak lambat, dan karakter-karakter kecil yang bisa diklik satu-satu. Kalau kamu berhasil menemukan Andy & Kristin versi pixel, akan muncul semacam “cutscene” yang mengingatkan pada momen kiss cam aslinya, lengkap dengan ekspresi awkward mereka.
Konsep gamenya sendiri bukan hanya nyindir, tapi juga terasa seperti bentuk “balas dendam digital” publik atas drama yang udah terlanjur jadi konsumsi viral. Ini bukan pertama kalinya budaya internet mengangkat kejadian real-time ke dalam game, tapi jarang yang secepat dan se-frontal ini.
Fenomena kayak gini juga bisa dibandingkan dengan cara game lain mengeksplorasi tema kontroversial. Misalnya, pada sebuah game Roblox yang sempat dikritik karena sistem monetisasinya, yang sampai disebut sebagai “game jahat”. Salah satu ulasan lengkap soal ini juga pernah dibahas di kanal Main Sony, sebagai perbandingan bagaimana isu sensitif bisa jadi bahan gameplay.
Antara Meme, Satir, dan Game
Game ini jelas gak punya plot dalam arti naratif, tapi lebih mirip meme interaktif yang bisa dimainkan. Ini yang bikin Coldplay Canoodlers jadi unik: sebuah “sindiran kolektif” yang dibungkus jadi hiburan ringan. Pemain gak butuh waktu lama buat paham premisnya, dan itu justru bikin orang tertawa sambil mengingat lagi betapa awkward-nya momen aslinya.
Secara teknis, game ini jadi contoh konkret gimana teknologi bisa ngasih ruang buat respons budaya instan. Dengan bantuan AI dan coding mudah, kreator dapat langsung ngubah reaksi publik jadi sesuatu yang playable. Beberapa hari terakhir, game ini terus dibagikan di media sosial termasuk tangkapan skor tinggi, teori konspirasi soal siapa yang sebenarnya merekam, sampai remix soundtrack yang lucu-lucu.
Dalam lanskap digital saat ini, respons cepat seperti ini juga berkaitan erat dengan budaya internet yang makin canggih. Apalagi dengan makin banyak platform game dan komunitas yang fleksibel, game-game semacam ini akan makin sering bermunculan. Bahkan beberapa platform seperti Roblox sendiri sekarang mulai berinvestasi pada pengembangan fitur cerdas. Menjaga ekosistemnya tetap aman, termasuk dari konten eksplisit atau manipulatif.
Respon Perusahaan & Reaksi Netizen
Di sisi lain, Astronomer selaku perusahaan tempat dua sosok viral itu bekerja, langsung merespons. Pihaknya menyatakan bahwa CEO dan HR yang terlibat dalam video viral itu sedang dalam masa cuti, dan investigasi internal sedang berjalan. Netizen sih gak berhenti bikin meme, tapi publik mulai mempertanyakan juga batas privasi seseorang ketika viralitas udah terjadi tanpa filter.
Yang menarik, sebagian netizen malah menilai bahwa respons game Coldplay Canoodlers lebih bijak dibanding keramaian komentar di media sosial. Game ini dianggap “mengalihkan” energi publik dari saling serang jadi aktivitas ringan yang tetap menyentil.
Dalam dunia digital yang makin cepat berubah, dinamika semacam ini memang makin sering kita lihat. Di tengah itu, muncul juga media dan kanal lokal yang coba memetakan fenomena budaya digital secara konsisten. Salah satunya seperti Main Sony yang sering membahas game, teknologi, dan sisi sosial dari internet dalam pendekatan yang lebih kontekstual.
Coldplay Canoodlers bukan game biasa. Ia adalah respons, sindiran, dan bentuk humor kolektif atas momen yang terekam publik. Dengan pixel dan sarkasme, game ini menunjukkan bahwa internet bukan cuma tempat buat nonton drama tapi juga tempat buat mengolahnya, memainkannya, dan… kadang-kadang, mengoloknya.
Kalau dilihat dari bentuk, durasi, dan dampaknya, game ini masuk kategori “cepat, tepat, dan nyinyir”. Persis kayak dunia maya yang menciptakannya.
Leave a Reply